Nama : Maretha Larassati
NPM : 26214370
Kelas : 4EB28
1. Apa yang dimaksud
dengan Etika menurut beberapa para ahli ?
Ø KBBI
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu tentang baik dan
buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang
berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau
perilaku yang dianut masyarakat.
Ø W.
J. S. Poerwadarminto
Menurut
W. J. S. Poerwadarminto .Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlakatau moral.
Ø Hamzah
Yakub
Menurut
Hamzah Yakub. Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Ø Soegarda
Poerbakawatja
Menurut
Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan
nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan an kesusilaan.
Ø Drs.
O. P. Simorangkir
Menurut
Drs. O. P. Simorangkir. Etika merupakkan pandangan manusia terhadap baik dan
buruknya perilaku manusia.
Ø H.
A. Mustafa
Menurut
H. A. Mustafa. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yanhg baik dan yang
buruk dengan memperhatika amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahuin
oleh akar pikirannya.
Ø Aristoteles
Aristoteles
membagi pengertian etika menjadi dua, yaitu Terminius Technikus dan Manner and
Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Manner
and Custom merupakan suatu pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalan kodrat manusia atau in
herent in human nature yang sangat terkait denag arti baik dan buruk suatu
perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
Ø K.
Bertens
Menurut
K. Bertens. Etika merupakan nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.
Ø Prof.
DR. Franz Magnis Suseno
Menurut
Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau
ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
Ø
Ramali dan Pamuncak
Menurut
Ramali dan Pamuncak. Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam
profesi.
Ø
Martin
Menurut
Martin. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan atau
pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.
Ø
Maryani dan Ludigdo
Menurut
mereka, etika merupakan seperangkat norma, aturan atau pedoman yang mengatur
segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan
yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.
Ø
Ahmad Amin
Menurut
Ahmad Amin. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti baik dan
buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah
tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk
melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
Ø
Drs. Sidi Gajabla
Menurut
Drs. Sidi Gajabla. Etika merupakan teori tentang perilaku atau perbuatan
manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat
ditentukan oleh akal manusia.
Ø
Drs. H. Burhanudin Salam
Menurut
Drs. H. Burhanudin Salam. Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara
tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam
kehidupannya.
Ø
James J. Spillane SJ
Menurut
James J. Spillane SJ. Etika adalah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah
laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika
lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk
menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Ø
Asmaran
Menurut
Asmaran. Etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, tidak hanya
menentukan kebenaran seperti mereka, tetapi juga untuk menyelidiki manfaat atau
keuntungan dari semua perilaku manusia.
2.
Sebutkan dan jelaskan prinsip etika !
a)
Prinsip Keindahan
Prinsip
ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan
dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam
berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih
bersemangat untuk bekerja.
b)
Prinsip Persamaan
Setiap
manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga
muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan
ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi
perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
c)
Prinsip Kebaikan
Prinsip
ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik,
karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
d)
Prinsip Keadilan
kemauan
yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya
mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk
bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak
orang lain.
e)
Prinsip Kebebasan
sebagai
keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap
manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri
sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu,
setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak
melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan
individu disini diartikan sebagai:
·
kemampuan untuk berbuat sesuatu atau
menentukan pilihan.
·
kemampuan yang memungkinkan manusia untuk
melaksana-kan pilihannya tersebut.
·
kemampuan untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
f)
Prinsip Kebenaran
Kebenaran
biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran
itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat
diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan. Semua prinsip
yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan
nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan
masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai
aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi,
instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya
keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap
orang.
3.
Jelaskan Perkembangan Etika Bisnis !
Sepanjang
sejarah, kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan
etika. Perhatian etika untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri. Sejak
manusia terjun dalam perniagaan, disadari juga bahwa kegiatan ini tidak
terlepas dari masalah etis. Aktivitas perniagaan selalu sudah berurusan dengan
etika, artinya selalu harus mempertimbangkan apa yang boleh dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Memang benar, sejak ditemukannya bisnis, etika sudah
mendampingi kegiatan manusiawi ini.
Namun
demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan dipraktekkan
sekarang, tidak bisa disangkal juga, disini kita menghadapi suatu fenomena
baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian begitu besar
dan intensif seperti sekarang ini. Etika selalu sudah dikaitkan dengan bisnis.
Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula bisnis dihubungkan dengan etika,
sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan wilayah-wilayah lain dalam
kehidupan manusia deperti politik keluarga, seksualitas, berbagai profesi, dan
sebagainya. Jadi, etika dalam bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang
memiliki corak dan identitas tersendiri. Hal itu baru tercapai dengan timbulnya
“etika bisnis” dalam arti yang sesungguhnya. Etika dalam bisnis mempunyai
riwayat yang sudah panjang sekali, sedangkan umur etika bisnis masih muda
sekali. Kita baru bisa berbicara tentang etika bisnis dalam arti spesifik
setelah menjadi suatu bidang (field) tersendiri, maksudnya suatu bidang
intelektual dan akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian di peruguran
tinggi. Etika bisnis dalam arti khusus ini untuk pertama kali timbul di Amerika
Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan dunia lainnya.
Dengan memanfaatkan dan memperluas pemikiran De George ini kita dapat
membedakan lima periode dalam perkembangan etika dalam bisnis menjadi etika
bisnis.
·
Situasi Dahulu
Pada
awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara
dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam
filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam
kalangan Kristen maupun Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan
tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan teologi) di zaman modern. Dengan
membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama paro pertama abad ke-20,
De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah moral di sekitar
ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi.
Pada
waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswamempelajari
masalah – masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda,
sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan.
Dengan
demikian di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20 etikadalam
bisnis terutama dipraktekan
dalam konteks agama dan
teologi. Danpendekatanini masih berlangsung terus sampai hari ini,
di Amerika Serikat maupun ditempat lain.
·
Tahun 1960-an
Dalam
tahun 1960-an terjadi
perkembangan baru yang dilihat
sebagaipersiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya.
Dasawarsa1960-an ini di Amerika Serikat
(dan dunia barat pada umumnya)
ditandai olehpemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi
mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei 1968). Suasana tidak tenang ini
diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh kaum muda
dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini
mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika
serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka terjadi
antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani kepentingan
militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan masalah
ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan
hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah
nuklir. Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda.
Salah satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social
issues dalam kuliah tentang
manajemen. Beberapa sekolah bisnis
mulai dengan mencamtumkan mata
kuliah baru di kurikulumnya
yang biasanya dibesi nama Business and
Society. Kuliah ini diberikan oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka
menyusun buku – buku pegangan dan publikasi lain untuk menunjang
matakuliah itu. Pendekatan ini
diadakan dari segi manajemen
, dengan sebagaian melibatkan
juga hukum dan sosiologi,
tetapi teori etika filosofis
disini belum dimanfaatkan.
·
Tahun 1970-an
Etika
bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan identitas sendiri
mulai terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya
membicarakan aspek – aspek moral dari bisnis di samping banyak pokok
pembicaraan moral lainya (etika
dalam hubungan dengan bisnis),
kini mulai berkembang etika dalam arti sebenarnya. Jika sebelumnya
hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi) membicarakan masalah
– masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf memasuki wilayah
penelitian ini dalam waktu singkat menjadi kelompok
yang paling dominan. Sebagaian
sukses usaha itu, kemudian
beberapa filsuf memberanikan
diri untuk terjun kedalam
etika bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya. Faktor
kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang study yang serius
adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal tahun.
1970-an
krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum
yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu itu. Melatarbelakangi krisis
moral yang umum itu , dunia bisnis amerika tertimpa oleh kerisis moral yang
khusus . Sebagaian sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa – peristiwa tidak
etis ini pada awal tahun 1970-an dalam kalangan pendidikan Amerika didasarkan
kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu usaha khusus adalah
menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum ini ternyata
berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah
dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kapada perkembangannya ke arah
bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.
Terdapat
dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
Ø Sejumlah
filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis.
Ø Terjadinya
krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama
khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika
terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini
disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana
tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi
Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
·
Tahun 1980-an
Di
Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira – kira sepuluh
tahun kemudian , mula – mula di inggris yang secara geografis maupun kultural
paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara–
negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah
bisnisdi Eropa mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya,
sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib di tempuh. Sepuluh tahun kemudian
sudah terdapat dua belas profesor etika bisnis pertama di universitas –
Universitas Eropa.
Pada
tahun 1987 didirikan European Business Ethich Network (EBEN) yang bertujuan
menjadi forum pertemuan antara
akademisi dari universitas
serta seklah bisnis , para
pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan internasional seperti
misalnya serikat buruh). Konferensi
EBEN yang pertama berlangsung
di Brussel (1987). Konferensi kedua di Barcelona (1989)
dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano (1990), London (1991),
Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St. GallenSwis
(1994), Breukelen , Belanda
(1995), Frankfurt (1996).
Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu telah diterbitkan dalam
bentuk buku.
·
Tahun 1990-an
Dalam
dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia
barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh
dunia, kita mendengar tentang kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa
timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme disana sebagai sistem politik dan
ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di
negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia barat. Tanda bukti
terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah telah didirikannya international
society for business management economis and ethics (ISBEE).
4.
Jelaskan Ethical Governance !
Ethical
Governance ( Etika Pemerintahan ) adalah Ajaran untuk berperilaku yang baik dan
benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Suara
hati manusia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk,
tergantung pada kepribadian atau jati diri masing-masing. Manusia berbuat baik
atau berbuat buruk karena bisikan suara hatinya ( consience of man ).
Kesusilaan
mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya, misalnya mencintai orang tua, guru,
pemimpin dan lain – lain, disamping itu kesusilaan melarang orang berbuat
kejahatan seperti mencuri, berbuat cabul dan lain – lain. Kesusilaan berasal
dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar
kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri, seperti penyesalan, keresahan dan
lain – lain. Saksi bagi mereka yang melanggar kesopanan adalah dari dalam diri
sendiri, bukan dipaksakan dari luar dan bersifat otonom.
Kesopanan
adalah peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain, pihak
luar, dalam pergaulan sehari – hari bermasyarakat, berpemerintahan dan lain –
lain.
Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, keperdulian, kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan ( masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara ). Kesopanan disebut pula sopan santun, tata krama, adat, costum, habit. Kalau kesusilaan ditujukan kepada sikap batin (batiniah ), maka kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahir ( lahiriah ) setiap subyek pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Tujuan bukan pribadinya akan tetapi manusia sebagai makhluk sosial (communal, community, society, group, govern dan lain – lain ), yaitu kehidupan masyarakat, pemerintah, berbangsa dan bernegara. Sanksi terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di tengah – tengah masyarakat lingkungan, dimana ia berada, misalnya dikucilkan dalam pergaulan. Sanksi dipaksakan oleh pihak luar (norma, kaedah yang ada dan hidup dalam masyarakat ). Sanksi kesopanan dipaksakan oleh pihak luar oleh karena itu bersifat heretonom.
Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, keperdulian, kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan ( masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara ). Kesopanan disebut pula sopan santun, tata krama, adat, costum, habit. Kalau kesusilaan ditujukan kepada sikap batin (batiniah ), maka kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahir ( lahiriah ) setiap subyek pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Tujuan bukan pribadinya akan tetapi manusia sebagai makhluk sosial (communal, community, society, group, govern dan lain – lain ), yaitu kehidupan masyarakat, pemerintah, berbangsa dan bernegara. Sanksi terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di tengah – tengah masyarakat lingkungan, dimana ia berada, misalnya dikucilkan dalam pergaulan. Sanksi dipaksakan oleh pihak luar (norma, kaedah yang ada dan hidup dalam masyarakat ). Sanksi kesopanan dipaksakan oleh pihak luar oleh karena itu bersifat heretonom.
Sumber :

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus