3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik
bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
PDB tidak mempertimbangkan kebangsaan perusahaan atau
warga negara yang menghasilkan barang atau jasa negara tersebut.PDB dihitung
berdasarkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara
yang berdomisili di negara tersebut, baik pribumi maupun warga negara asing.
Nilai PDB dapat dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku atau harga dasar
yang konstan. PDB nominal mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga
yang berlaku di pasar pada tahun tersebut. Sedangkan PDB riil mengukur nilai
barang dan jasa akhir dengan menggunakan harga yang tetap. PDB yang dihitung
berdasarkan pengeluaran terdiri dari empat komponen utama yaitu konsumsi
dinotasikan C, investasi dinotasikan I, pembelian oleh pemerintah dinotasikan
G, dan total bersih ekspor atau ekspor neto dinotasikan dengan X – M. Notasi X
untuk ekspor dan M untuk impor. Ekspor neto (X – M) menunjukkan selisih antara
nilai ekspor dan impor. Bentuk aljabar dari GDP dapat ditulis sebagai berikut:
Y = C + I +
G + (X – M)
Y = PDB
Konsumsi, investasi, pembelian
pemerintah dan ekspor berkorelasi positif dengan GDP. Sedangkan impor
berkorelasi negatif. Setiap kenaikan komponen-komponen yang berkorelasi positif
akan menaikan nilai PDB. Sedangkan kenaikan komponen yang berkorelasi negatif
akan menurunkan nilai PDB . Setiap kenaikan konsumsi, investasi dan pembelian
pemerintah maupun ekspor cederung meningkatkan nilai PDB . Sedangkan peningkatan impor cenderung
menurunkan PDB Dengan demikian
peningkatan PDB dapat dilakukan dengan meningkatkan komponen-komponen yang
berkorelasi positif dan menurunkan komponen yang berkorelasi negatif.
Pendapatan pribadi berkorelasi positif terhadap besarnya nilai konsumsi.
Naiknya pendapatan akan meningkatkan nilai komsumsi rumah tangga. Ketika
komsumsi rumah tangga naik, maka PDB cenderung naik. Hal ini menjelaskan bahwa
peningkatan PDB dapat terjadi ketika pendapat pribadi naik. Investasi
dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga. Para pemilik
modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar daripada
tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan investasi menjadi tidak
menarik atau tidak menguntungkan. Ketika tingkat bunga tinggi sebagian modal
digunakan untuk mencari keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito atau
tabungan. Tingkat bunga tinggi pada akhir akan mengurangi jumlah modal yang
diinvestasikan. Jika pengeluaran investasi berkurang, maka PDB cenderung
menurun. Hal ini menjelaskan bahwa ketika tingkat bunga tinggi, dan deposito
lebih menarik bagi para investor, maka PDB akan cenderung turun . Pembelian
pemerintah adalah nilai barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat dan
daerah. Contoh pembelian pemerintah adalah pembelian peralatan militer,
pembangunan sarana umum, jalan, gaji pegawai dan jasa yang diberikan oleh
pemerintah. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh pendapatan pemerintah dari
pajak dan pendapatan bukan pajak, seperti perusahaan milik pemerintah. Jika
pengeluaran pemerintah turun, maka PDB cenderung turun. Hal ini menjelaskan
bahwa jika pendapatan pemerintah naik dan pembelian juga naik maka nilai PDB
akan naik. Karena salah satu pendapatan pemerintah adalah pajak, dan jika
pendapatan dari pajak naik, kemudian pemerintah membelanjakan pandapatan dari
pajak ini, maka naiknya pajak akan cenderung meningkatkaN PDB. Ekspor neto yang
dinotasikan dengan (X – M) adalah neraca perdagangan yang menunjukkan
penerimaan bersih dari transaksi internasional. Perubahan arah neraca
perdagangan akan mempengaruhi perubahan PDB. Nilai impor lebih besar daripada
ekspor menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit. Artinya nilai ekspor
neto adalah negatif. Defisit neraca perdagangan cenderung menurunkan nilai PDB
. Hal menjelaskan bahwa untuk dapat meningkatkan PDB dapat dilakukan dengan
peningkatan ekspor dan penurunan impor.
3.2 Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atausuatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan
konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan
pendapatan setiap tahun. (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan
penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan).
Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan
mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut
(cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan
ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
kesempatan kerja itu sendiri hanya bias dicapai dengan peningkatan output
agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus menerus. Dalam pemahaman ekonomi
makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang bearti peningkatan PN.
3.3 Pertumbuhan Ekonomi Selama Orba hingga Saat Ini
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha
keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa
lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah
keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun,” kata Emil Salim,
mantan menteri pada pemerintahan Suharto. Orang yang dulu dikenal sebagai salah
seorang Emil Salim penasehat ekonomi presiden menambahkan langkah pertama yang
diambil Suharto, yang bisa dikatakan berhasil, adalah mengendalikan inflasi
dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya dua tahun. Untuk menekan
inflasi yang begitu tinggi, Suharto membuat kebijakan yang berbeda jauh dengan
kebijakan Sukarno, pendahulunya. Ini dia lakukan dengan menertibkan anggaran,
menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi pasar, memperhatikan sektor
ekonomi, dan merangkul negara-negara barat untuk menarik modal. Setelah itu di
keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan
ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan
mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan,
seperti :
a. Rendahnya penerimaan Negara
b. Tinggi dan tidak efisiennya
pengeluaran Negara
c. Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi
kredit bank
d. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri
penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2.
Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
3.
Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan
tersebut maka ditempuh cara:
- Mengadakan operasi pajak
- Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan
perorangan dan kekayaan dengan
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang
Perekonomian di masa sekarang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
·
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi
perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan
PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah,
sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil.
·
Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid
dengan IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU
No.23 tahun 1999 mengenai bank Indonesai, penerapan otonomi daerah (kebebasan
daerah untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus
tertunda.
·
Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah
yang membuat investor asing menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.
·
Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan
merosot hingga 300 poin, dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan
daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam negeri.
3.4 Faktor-faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi
Indonesia
v Permintaan
dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan
permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang
akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan
penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran
barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaa dengan tingkat
harga tertentu Konsumsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
nasional Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka
perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat
pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan
pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan
output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat
pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan
harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan
menambah pengangguran.
v Konsumsi
dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh
barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari
pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan,
dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes
yang dikenal dengan yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika
dihubungkan dengan pendapatan.
v Investasi
Pengeluaran untuk
investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.
SUMBER:
https://utaminindita.wordpress.com/2011/03/10/pertumbuhan-dan-perubahan-struktur-ekonomi/
SUMBER:
https://utaminindita.wordpress.com/2011/03/10/pertumbuhan-dan-perubahan-struktur-ekonomi/